TRADISI DAN BUDAYA YANG LUNTUR
Tentu kita pasti masih ingat kejadian pembagian zakat dan sembako yang menelan banyak korban jiwa di berbagai daerah di jawa dan makasar, banyak anak-anak dan lansia yang mati dan pingsang karena terinjak-ijak oleh oranglain,terdesak desak oleh jejalan orang disekitarnya. Di Jakarta muda-mudi yang berjatuhan pingsan dalam antre tiket konser artis ternama.
Di belahan sisi dunia lain ,TSUNAMI jepang meluluhlantahkan daerah Tokyo,fukushima dan sekitarnya,rumah hancur,pangan sulit bahkan air minum pun sulit (tiap warga hanya di beri jatah air bersih beberapa liter untuk konsumsi) namun dalam situasi yag tak kondusif tersebut kita dapat melihat suatu fenomena yang mengagumkan dan patut kita contoh.dalam situasi yang tertekan,depresi dan serba kekurangan warga fukushima berjajar rapi mengantri jatah air bersih yang di bagikan pemerintah.tua-muda bahkan anak-anak pun tanpa ada garis pembatas berbaris menunggu giliran mendapatkan air.sehingga tak ada yang tak kebagian juga tak ada istilah yang kuat yang berkuasa, seolah dalam tiap diri mereka tertanam suatu etika untuk saling menhormati hak-hak orang lain.
Ternyata tidak hanya dalam situasi bencana saja mereka mau antre,hampir di setiap acara maupun kegitan yang meliputi orang banyak merekapun tahu diri dan menunggu giliran nya, bahkan ada sebuah toko TAKOYAKI (cumi bakar) yang mana pembelinya antre sampai berjam jam dan bermeter-meter menunggu giliran untuk di layani, para pembelipun dengan sabar berbaris berderet tanpa komando, mereka mengatakan bahwa disinilah salah satu keasyikannya ’’antre bersabar mendapatkan sesuatu, dan kepuasan mendapatkan hal yang diingikan melalui perjuangan’’ ujar seorang pembeli.
Bila kita bandingkan sesama dua Negara asia ini (yang dikenal memiliki budaya yang kuat) tampak nya pada saat ini justru berbeda jauh.indonesia dahulu dikenal sebagai Negara asia yang menjunjung tinggi susila,etika dan adat istiadat (bahkan hukum adat juga masih berlaku di berbagai daerah sampai saat ini). namun tampaknya perlahan terasa semakin kepusat pemerintahan semakin luntur dan hilang budaya tersebut,budaya untuk menghormati yang lebih tua dan mendidik yang muda,budaya untuk saling tolong menolong,etika untuk menjadi ksatria yang jujur dan berani mengakui kesalahan semakin memudar.
Coba lah kita tengok warga kita sekarang cenderung mengutamakan kepentingan dirinya dan kelopok/kroni. berebut tiket kereta dan berdesakan ketika naik kereta,mobil dan motor berlomba saling mendahului di jalan raya,antre sembako,bensin bahkan antre pembagian dana sumbangan saling sikut dan injak seolah takut tak dapat jatah sehingga yang lemah tersisih dan tergilas. Jalanan pun macet dan sesak karena kendaraan menumpuk di satu sisi,masuk ga bisa keluapun susah,butuh berjam-jam agar keluar dari jalan raya.
Jiwa ksatria dan pejuang yang sering tergambar dalam tarian perang suku-suku di indonesia dan tergambar dalam cerita rakyat yang menyiratkan keberanian,kejujuran dan rela berkorban demi kepentingan orang banyak juga mulai terkikis, jadi pengecut yang mengambing hitamkan orang lain atas kesalahan diri,bersembunyi dibalik nama besar,pangkat dan jabatan untuk melindungi bisnis pribadi yang tak jarang menghalalkan segara cara untuk meraih pundi harta termasuk dengan mengondol harta rakyat,memanipuasi data yang dipublikasikan pada masyarakat,budaya uang pelicin dan uang bungkam masalah telah mengakar di indonesia sehingga susah diberantas. Diperlukan kepala suku,kepala desa,guru-guru,bupati,gubernur,kepala instasi, juga kepala Negara yang memiliki jiwa besar yang bisa membangkitkan budaya kita yang adiluhur,jiwa ksatria yang akan membekas ditiap warga yang dipimpinnya,juga perlu ditanamkan pekerti dan etika susila sejak usia dini.
No comments:
Post a Comment